Tanggal Lahir Yesus Yang Sebenarnya
TENTU kita tidak bisa tahu persis seperti apa wajah Yesus yang sebenarnya. Ada berbagai upaya untuk merekonstruksi wajah Yesus, namun semuanya tidak bisa memastikan. Pada saat itu belum ada kamera yang bisa memotret wajah Yesus, ataupun pelukis yang mampu menggambarkan wajah-Nya. Memang ada lukisan wajah yang dikatakan berasal dari kain yang dipakai oleh Veronika untuk mengusap wajah Yesus, sebagaimana kita kenangkan dalam salah satu misteri jalan salib. Namun itu pun beredar berbagai versi gambaran wajah Yesus. Kita mempunyai pula kain kafan Turin, yang dipandang sebagai kain kafan yang dipakai untuk membungkus jenasah Yesus di makam.
Kitab Suci pun tidak memuat deskripsi gambaran wajah Yesus. Ketika Paulus berjumpa dengan Tuhan, hanya digambarkan Dia sebagai cahaya yang memancar dari langit (Lih Kis. 9:3). Kitab Wahyu menggambarkan Anak Manusia, dengan kepala dan rambut putih serta mata bernyala, mengenakan jubah yang panjangnya sampai kaki dengan ikat pinggang emas, penuh kuasa dan wibawa Ilahi (Lih. Why. 1:13-14). Bagaimana kemudian bentuk fisik tubuh Yesus, tak ada keterangan dan penggambaran pasti.
Sejak kapan ada gambaran wajah Yesus dalam bentuk lukisan ataupun patung? Diperkirakan hal itu sudah muncul sejak awal Gereja, terlebih saat umat Kristiani masih hidup dalam pengejaran dan sering tinggal dalam katakombe. Akan tetapi seringkali lebih tergambar dalam gambaran ikan (ichtys: ixtus), burung pelikan ataupun jangkar.
Upaya untuk menggambarkan wajah Yesus masih menjadi kontroversi, karena tidak jarang upaya penggambaran tersebut dipengaruhi dengan penggambaran para dewa-dewa yang beredar masa itu. Tidak mengherankanlah kalau sementara bapa Gereja tidak menyetujuinya.
Malahan pernah sempat disarankan agar Gereja-Gereja tidak memasang gambar atau lukisan di dinding-dinding, yang tentu hal tersebut dilandaskan pada teks sepuluh perintah Allah untuk tidak membuat patung (Lih. Kel. 20:4). Dalam sejarah Gereja kita mengenal kemudian ikonoklasme, perseteruan yang berujung pada perusakan atau penghancuran akan gambar atau lukisan, juga tentang Yesus.
Akan tetapi dalam perkembangan kemudian ketika umat Kristiani makin mapan dan banyak yang berkedudukan, maka semakin muncul gambar-gambar serta kemudian patung yang menggambarkan wajah Yesus.
Menurut catatan abad 2-4 hal tersebut sudah muncul, betapapun belum begitu tersebar. Walaupun perdebatan soal itu masih terjadi, namun perlahan makin tersebar. Semacam ada kesepakatan umum, wajah Yesus tergambar secara indah, wajah maupun tubuh-Nya. Yang menjadi catatan penting adalah penggambaran tersebut bukanlah soal perkara ketepatan, namun lebih demi kepentingan devosi atau kebaktian.
Maka apakah Yesus seperti itu, tidaklah terlalu penting. Betapapun Yesus wafat di usia 33 tahun, penggambaran tentang Dia dicoba dibuat dengan mempertunjukkan wibawa dan kuasa, sehingga tidak mengherankan kalau Yesus tergambar dalam usia yang lebih tua. Bukan aspek fisik yang penting, namun penggambaran visual yang memperlihatkan aspek sembah bakti umat kepada Dia.
Kini beredar berbagai macam gambaran tentang Yesus, selaras dengan budaya maupun konteks sosial yang menyertai. Pandemi memunculkan berbagai lukisan tentang Yesus yang dekat dengan situasi pandemi. Demikian orang Jawa membuat patung Yesus dengan pakaian Jawa. Semuanya itu sah, karena menjadi ungkapan iman, bukan perkara ketepatan penggambaran agar figur pribadi Yesus.
Jonathan Borba/Unsplash
Perayaan Natal dikaitkan dengan kelahiran Yesus, namun pohon Natal tidak memiliki tempat dalam Kekristenan awal.
Nationalgeographic.co.id—Kelahiran Yesus Kristus diperingati oleh jutaan orang di seluruh dunia dengan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember. Namun, sebagian besar ahli sepakat bahwa ia tidak lahir pada hari itu, atau bahkan pada tahun 1 Masehi.
Para peneliti berspekulasi bahwa Gereja Katolik Roma memilih 25 Desember karena berkaitan dengan titik balik matahari musim dingin dan Saturnalia, sebuah festival yang didedikasikan untuk dewa Romawi Saturnus. Gereja juga dapat mengkooptasi festival pagan yang populer ini, serta perayaan musim dingin agama-agama pagan lainnya, dengan memilih hari ini untuk merayakan ulang tahun Yesus, menurut ilmuwan teologi Ignacio L. Götz dalam bukunya "Jesus the Jew: Reality, Politics, and Myth-A Personal Encounter" (Christian Faith Publishing, 2019).
Namun, tidak ada yang tahu persis kapan sebenarnya Yesus lahir.
Dikutip dari Live Science, beberapa ilmuwan percaya bahwa Yesus lahir antara tahun 6 Sebelum Masehi dan 4 Sebelum Masehi. Keyakinan ini sebagian didasarkan pada kisah alkitabiah tentang Raja Herodes Agung.
Dalam upaya untuk membunuh Yesus, sang raja diduga memerintahkan kematian semua bayi laki-laki di bawah usia 2 tahun yang tinggal di sekitar Betlehem, sebuah peristiwa yang dikenal sebagai Pembantaian Orang-orang Tak Bersalah. Ini terjadi tidak lama sebelum kematian Herodes sendiri, penanggalan yang masih diperdebatkan.
Namun, sebagian besar ilmuwan, termasuk Peter Richardson dan Amy Marie Fisher dalam buku mereka "Herod: King of the Jews and Friend of the Romans: Second edition" (Routledge, 2018), mengikuti penanggalan yang digunakan oleh sejarawan Romawi, yang percaya bahwa Herodes meninggal pada tahun 4 Sebelum Masehi.
Tetapi para sejarawan tidak setuju tentang tahun kematian Herodes yang sebenarnya. Selain, itu banyak juga yang berpendapat bahwa pembunuhan bayi massal itu tidak lebih dari sebuah legenda.
Baca Juga: Mengulik Tradisi Memasang Pohon Natal, Siapa yang Memulainya?
Baca Juga: Demi Propaganda, Nazi Bikin Alkitab Anti-Semit dan Yesus Ras Arya
Baca Juga: Mengulik Tradisi Memasang Pohon Natal, Siapa yang Memulainya?
Baca Juga: Piet Hitam Si Pembantu Sinterklas, Rasisme dalam Budaya Natal Belanda
Dalam bukunya yang berjudu; "Zealot: The Life and Times of Jesus of Nazareth" (Random House, 2013), sarjana keagamaan dan penulis Reza Aslan menulis bahwa pembantaian Herodes adalah "sebuah peristiwa yang tidak ada sedikitpun bukti yang menguatkan dalam kronik atau sejarah dari masa apakah Yahudi, Kristen, atau Romawi."
Para sarjana lain telah berusaha untuk menghubungkan "Bintang Betlehem," yang konon menandai kelahiran Yesus, dengan peristiwa astronomi yang sebenarnya untuk menentukan tahun kelahirannya. Misalnya, dalam artikel tahun 1991 di Quarterly Journal of Royal Astronomical Society, astronom Colin Humphreys mengusulkan bahwa bintang dongeng itu sebenarnya adalah komet yang bergerak lambat.
Humpreys mengatakan keberadaan komet tersebut pernah dicatat oleh para pengamat Tiongkok pada tahun 5 Sebelum Masehi. Namun, teori Humphreys sejak itu telah dibantah.
Bulan kelahiran Yesus juga menjadi titik perdebatan, dengan satu teori menyatakan bahwa Bintang Betlehem mungkin adalah Venus dan Yupiter yang datang bersama-sama untuk membentuk cahaya terang di langit, peristiwa langka yang terjadi pada bulan Juni tahun 2 Sebelum Masehi.
Kemungkinan lain adalah konjungsi serupa antara Saturnus dan Jupiter, yang terjadi pada Oktober tahun 7 Sebelum Masehi. Tapi yang jelas, dari semua teori ilmiah yang ada, tidak ada yang menyebut bulan Desember.
Kura-Kura Leher Ular Rote Terancam Punah, Masyarakat Jadi Kunci Konservasi
Pertanyaan tahun berapa Yesus lahir, kerap ditanyakan. Pertanyaan itu bisa dijawab dari penelusuran beberapa fakta berikut ini.
TRIBUNJAMBI.COM - Tahun berapa Yesus lahir, dimana dilahirkan? Pertanyaan itu kerap muncul pada Desember seperti saat ini?
Pertanyaan tahun berapa Yesus lahir, bisa dijawab dari penelusuran beberapa fakta berikut ini.
Di situs www.katolisitas diterangkan mengenai tahun berapa Yesus lahir?
Situs itu menerangkan tahun kelahiran Yesus, sekaligus menjelaskan peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar itu.
Berikut ini adalah beberapa fakta tentang perhitungan tahun kelahiran Yesus.
1. Dionysius Exiguus (470-544)
Dionysius Exiguus merupakan seorang anggota Scythian monks, yang akhirnya tinggal di Roma sekitar tahun 500.
Dionysius adalah orang yang pertama kali memperkenalkan AD (Anno Domini / the year of the Lord) pada waktu dia membuat kalender Paskah (Easter).
Zumi Zola Bawa Sarung Tangan Saraf Terjepit, Insulin, Alat Sembahyang ke Lapas, Begini Kondisinya
Kumpulan ucapan Natal 2018 dalam bahasa inggris beserta artinya, Ada untuk Pasangan LDR
Ngerinya Neraka Latihan Kopassus di Cilacap, Ini yang Bikin Tahan Buru OPM di Hutan Papua
2 Pegawai BUMN Bobol Duit Negara Rp 186 Miliar, Ini Daftar Proyek Fiktif yang Dijadikan Modus
Sistem penanggalan ini menggantikan sistem penanggalan Diocletian, karena Dionysius tidak ingin menggunakan Diocletian, seorang yang menganiaya jemaat Kristen.
Dionysius mengatakan bahwa Anno Domini dimulai 754 tahun dari pondasi Roma (A.U.C) atau tahun 1 AD, yaitu tahun dimana Yesus lahir (dalam perhitungan Dionysius).
Namun berdasarkan perhitungan para ahli, terutama berdasarkan bukti sejarah dari Josephus, maka perhitungan ini dipandang tidak terlalu tepat.
Kitab Matius mengatakan “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem” (Mt 2:1).
Josephus, seorang ahli sejarah mengatakan bahwa Raja Herodes meninggal setelah berkuasa selama 34 tahun (de facto) dari meninggalnya Antigonus dan 37 tahun (de jure) sejak Roma mengeluarkan perintah yang menyatakan bahwa dia adalah raja (Josephus, Antiquities, 17,8, 1).
Antigonus meninggal pada saat Marcus Agrippa dan Caninius Gallus menjadi konsulat, yaitu pada tahun 37 BC. (Josephus, Antiquities, 14,16, 4).
Herodes menjadi raja pada saat Caius Domitias Calvinus dan Caius Asinius Pollio menjadi konsulat pada tahun 40 BC.
Oleh karena itu perhitungannya adalah:
Dihitung dari meninggalnya Antigonus: 37 BC – 34 = 3 BC
Dihitung dari Raja Herodes menjadi raja: 40 BC – 37 = 3 BC.
Oleh karena itu, raja Herodes dipercaya meninggal sekitar 3 BC – 5 BC, atau kemungkinan sekitar 4 BC.
Hal ini dikarenakan Josephus mengatakan bahwa pada saat tahun itu juga terjadi gerhana bulan (Josephus, Antiquities, 17,6, 4).
Dan gerhana bulan ini terjadi pada tahun 4 BC.
Tentang terjadinya gerhana bulan ini masih menjadi perdebatan.
3) Asumsi gerhana bulan
Kalau kita mengikuti asumsi gerhana bulan pada waktu itu adalah 4 BC, yang menjadi rujukan kapan Herodes meninggal, maka Kristus harus lahir sebelum tahun 4 BC.
Dan diperkirakan Yesus lahir beberapa tahun sebelum kematian raja Herodes.
Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, sebagian ahli percaya bahwa kelahiran Yesus adalah sekitar tahun 7 BC – 6 BC.
Demikian sekelumit penjelasan untuk menjawab pertanyaan tahun berapa Yesus Lahir?
Kebiasaan Natal di Betlehem
Ini merupakan satu di antara kota tertua di dunia. Meskipun kecil, Kota Betlehem menduduki tempat khusus di kalangan umat Kristen.
Di kota Betlehem Yesus dilahirkan.
Ternyata, Natal dirayakan pada hari-hari yang berbeda di kalangan aliran utama agama-agama Kristen di sana.
Jauh sebelum menjadi tempat kelahiran Yesus, nama Betlehem (dalam bahasa Yahudi berarti Rumah Roti) sudah disebut dalam Kitab Perjanjian Lama.
Tragedi di Jalan Jakarta, 7 Orang Tewas Terpanggang setelah Rayakan Ulang Tahun Anak
Ramalan Gus Dur tentang Ahok jadi Presiden akan Terbukti? 6 Ramalan Lain Telah Terbukti
Dalam Kejadian 35: 16 - 19 diceritakan bahwa Rahel meninggal setelah melahirkan anaknya (Benyamin) ketika sedang menuju ke Efrata.
Di sisi jalan menuju Efrata itulah Rahel dikuburkan. Suaminya, Yakub, mendirikan tugu di atas makam istrinya.
Makam Rahel ini merupakan tempat sakral bagi orang Yahudi. Juga bagi orang Muslim dan Kristen. Bentuknya sederhana, dengan dominasi warna putih.
Di makam yang dibangun oleh Sir Moses Montefiore tahun 1860 inilah, orang mendaraskan doa memohon kesuburan dan bisa melahirkan dengah aman.
Sempat dikuasai sejumlah kerajaan
Betlehem adalah, kota kecil yang terletak di atas bukit batu dengan ketinggian sekitar 800 m di atas permukaan laut. Letaknya tidak jauh dari Yerusalem, arah timur menuju ke Hebron.
Selain perpaduan dua budaya Barat dan Timur, lokasi Betlehem sendiri juga mempesona di pinggir Bukit Yudea yang subur dan Gurun Yudea yang tandus sebagai latar belakang.
Maka, di samping menyajikan lokasi peziarahan, alam Betlehem pun menarik wisatawan untuk berkunjung: Biara Mar Saba di gurun yang elok; Herodion, kompleks istana Herodes yang memikat dengan bentuk seperti gunung berapi; kebun anggur dan pohon zaitun di Cremisan yang bertingkat rapi dan bersih; maupun kampung Beit Jalla yang atraktif.
Dalam sejarahnya yang panjang, Betlehem dikuasai oleh beberapa kerajaan: Romawi, Bisantium, Arab, Crusader, Mameluk, Turki; Inggris, Yordania, sebelum akhirnya jatuh ke tangan Israel.
Meskipun di bawah hukum bukan Kristen, Betlehem tetaplah menjadi pusat peziarahan komunitas Kristen.
Saat ini, selain didominasi gereja, langitnya juga dihuni oleh masjid yang jumlahnya semakin bertambah.
Betlehem akhirnya berkembang menjadi kota sibuk yang dihuni oleh Muslim Arab dan Kristen. Banyak pula Kristen Arab yang berprofesi sebagai pemahat dan tukang kayu.
Mereka masih menggunakan bahasa Arab, seperti ucapan assalamualaikum. Bahkan ada seorang wartawan yang sempat merekam ketika mereka melakukan sembahyang di gereja.
Ketika diputar kembali, yang mendengar mengira orang itu bersembahyang di masjid.
Meski begitu, seperti halnya Nazareth, Betlehem adalah pusat gerakan misi Kristen dengan adanya biara, sekolah, rumah sakit, maupun rumah yatim piatu.
Pusat penyembah berhala
Untuk menandai tempat kelahiran Yesus, Betlehem membangun Gereja Kelahiran Kristus.
Dibangun di atas gua di mana Yesus dilahirkan, gereja ini pernah hancur akibat ulah manusia. Pada abad VII, misalnya, gereja ini dirusak oleh bangsa Persia.
Lucunya mereka berhenti merusak gara-gara mosaik yang ada di situ. Dalam mosaik itu tiga orang Majus yang mencari Yesus digambarkan berpakaian ala Persia.
Gereja yang berbentuk basilika bergaya Romawi ini dibangun tahun 326 oleh Kaisar Konstantin.
Meskipun menjadi tempat kelahiran Yesus, namun dua abad setelah kematian Yesus Betlehern malah menjadi pusat penyembah berhala.
Tak aneh kalau pintu masuk gereja dibuat kecil. Ini memang disengaja untuk menghindari masuknya para penyembah berhala yang biasa masuk bersama binatang peliharaan mereka untuk merampok gereja.
Pada masa perang salib, pintu ini dibuat lebih pendek. Maksudnya agar pasukan musuh yang mengendarai kuda tidak bisa masuk ke gereja.
Lokasi gereja didasarkan pada informasi dari penduduk setempat bahwa di pinggiran desa ada gua di antara pepohonan.
Pepohonan itu lalu ditebang dan bebatuan yang tidak berguna dibuang.
Tahun 529 Kaisar Justinian merestorasi bangunan berbentuk salib ini. Semuanya memerlukan korban, termasuk gempa yang menimpa tahun 1834 dan kebakaran yang merusak perabotan pada 1869.
Banyak aliran agama Kristen di Betlehem yang berkepentingan dengan gereja ini.
Permasalahan semakin mencuat ketika tahun 1855 Sultan Turki yang berkuasa waktu itu menyerahkan wewenang gereja ke komunitas Ortodoks Yunani sampai sekarang.
Sementara Gereja St. Chaterin yang berada di sampingnya milik umat Katolik. Anehnya, dari sinilah perayaan Natal dikumandangkan melalui televisi.
Sekarang hanya ada tiga aliran utama agama Kristen yang diakui berbagi bagian di gereja ini, namun merayakan Natal pada hari yang berbeda.
Katolik (bersama dengan Melkite, Maronite, dan Gereja Katolik Siria) merayakan pesta Natal tanggal 24 Desember.
Untuk Kristen Ortodoks Yunani dan Siria Timur hari Natal jatuh pada tanggal 6 Januari.
Yang terakhir adalah Ortodoks Armenia yang menyelenggarakan pesta Natal pada tanggal 18 Januari!
Pada tempat, di mana Yesus dilahirkan dipasang bintang perak. Bintang yang menjadi petunjuk tiga orang Majus itu diperbarui tahun 1717, dengan tulisan, "Hic de Virgine Maria a Jesus Christus natus est, 1717".
Rangkaian dari Gereja Kelahiran Kristus adalah The Milk Grotto Church, yang terletak di Jalan Milk Grotto. Menurut legenda, perawan Maria tinggal di gua ini bersama bayinya dalam perjalanannya ke Mesir.
Selama menyusui bayinya, beberapa tetes susunya jatuh dan membuat batu yang terkena berubah warna menjadi putih.
Sekarang bebatuan itu dikorek untuk dijual ke peziarah dan dipercaya bisa memperlancar ASI.
Selain itu, banyak- wanita yang datang ke sini dan berdoa. Mereka juga percaya bahwa batu putih itu bisa membantu memperbaiki ASI mereka.
Seperti sudah disebut, bangunan yang menarik dikunjungi adalah Biara Mar Saba. Biara yang tertutup untuk wanita ini terletak di Padang Gurun Yudea.
Namun bagi wanita yang ingin melihat biara ini disediakan menara khusus, namanya Tower of Women.
Biara Mar Saba didirikan oleh St. Saba tahun 482. Masa emas biara ini terjadi pada abad VIII dan IX. Biara ini juga terimbas oleh gempa tahun 1834.
Jenazah St. Saba diperlihatkan di gereja utama. Dulu sempat dipindah di zaman perang salib tapi dikembalikan oleh Paus Paulus VI.
Banyak tulang belulang biarawan yang menjadi korban dalam penyerbuan besar-besaran oleh tentara Persia bisa dilihat di sini.
Decak kagum akan keluar jika melihat Herodion, yang dibangun oleh Raja Herodes antara tahun 24 dan 15 SM. Letaknya yang di atas puncak gunung membuat tempat itu seperti kawah.
Untuk naik, sekarang sudah ada tangga yang terbuat dari marmer putih. Tidak jelas apakah Raja Herodes dimakamkan di sini seperti permintaannya.
Sebagai- tempat ziarah, Betlehem memang menarik wisatawan dari luar Betlehem. Banyak warga Indonesia yang berziarah ke sini.
Maka jangan kaget jika ada kosa kata bahasa Indonesia terlontar dari mulut penjaja cinderamata bahwa mereka tahu kita berbicara bahasa Indonesia.
Contohnya, kata ikan yang mereka pakai untuk menjual bandul kalung berbentuk ikan. Dulu ikan sempat menjadi lambang Kristus. (Disarikan dari berbagai sumber)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
Ini Kekuatan Rahasia Kopassus yang Bikin KKB Khawatir, Bila Pasukan Elite Dikirim, Sekejap Hancur
Siapakah Danny Nugroho? Anak Muda yang Masuk Daftar Orang Terkaya di Indonesia 2018
Daftar Orang Terkaya di Indonesia 2018, Ada Empat Pendatang Baru Berharta Triliunan
Masalah dengan hipotesis perhitungan adalah bahwa tidak jelas mengapa orang Kristen mula-mula mengaitkan 25 Maret sebagai tanggal penyaliban dan pembuahan Yesus, tulis Bradshaw.
"Ada ketidakpastian di sekitar kedua teori, tapi menurut saya hipotesis perhitungan memiliki sedikit keunggulan," kata Bradshaw.
Mungkin saja kedua teori itu benar, kata Nothaft.
"Saya cenderung menerima bahwa tradisi penanggalan kelahiran Kristus hingga 25 Desember berakar setidaknya pada awal abad ke-3," katanya.
"Jika demikian, beberapa versi hipotesis perhitungan, bersama dengan simbolisme matahari Kristen, menawarkan penjelasan terbaik mengapa tradisi ini berasal."
Seperti apa sosok Yesus yang sebenarnya?
Sumber gambar, Thinkstock
Setiap orang mengetahui seperti apa sosok Yesus. Dia merupakan figur yang paling banyak dilukis dalam semua bidang seni di negara-negara Barat, dikenal dengan rambut, janggut, dan jubah berlengan panjang, yang sering kali berwarna putih dan mantel berwarna biru.
Tetapi apakah sosok dia memang seperti itu? Bisa jadi tidak.
Faktanya dengan gambar Yesus yang sangat terkenal ini sebenarnya berasal dari era Bizantium, dari abad ke-4 Masehi, dan gambaran Yesus dari masa ini bersifat simbolik, semuanya mengenai makna, tidak akurat secara historis.
Mereka berpegang pada gambar dari tahta kekaisaran, seperti yang kita lihat di mosaik altar di Gereja Santa Pudenziana di Roma.
Yesus menggunakan pakaian toga berwarna emas.
Dia merupakan penguasa surgawi yang menguasai seluruh dunia, sosoknya sangat akrab mulai dari patung terkenal dengan rambut panjang dan berjanggut seperti Dewa Zeus dari Olympia yang berada di tahta, sebuah patung yang juga terkenal yaitu Kaisar Roma Augustus telah meniru dirinya dengan gaya yang sama (tanpa rambut panjang berwarna keemasan dan janggut).
Seniman Bizantiun berupaya untuk menunjukkan Kristus penguasa surgawi sebagai raja kosmik, menjadikan dia sebagai Zeus versi muda. Apa yang terjadi pada saat visualisasi Kristus surgawi -saat ini seringkali dibuat ulang seperti keturunan hippie- telah menjadi model standar kita tentang penggambaran awal Yesus.
Jadi seperti apa sebenarnya sosok Yesus?
Mari kita lihat dari kepala sampai ujung kaki.
Rambut dan janggut
Ketika umat Kristen pada awalnya tidak menunjukkan Kristus sebagai penguasa surgawi, mereka menggambarkan Yesus sebagai seorang laki-laki pada umumnya: tanpa janggut dan berambut pendek.
Tetapi mungkin, sebagai seorang bijaksana yang mengembara, Yesus mungkin akan memiliki janggut, untuk alasan sederhana bahwa dia tidak pergi ke tukang potong rambut.
Secara umum janggut dianggap sebagai hal yang membedakan seorang filsuf (yang berpikir tentang hal-hal yang tinggi) dari orang kebanyakan. Gambaran filsuf ini dianggap "sesuai dengan alam".
Sumber gambar, Alamy I Getty Images
Namun, pada abad ke-1 Graeco-Romawi, berpenampilan bersih dengan janggut dicukur dan rambut pendek dianggap sangat penting. Rambut yang gondrong dan janggut merupakan gambaran orang yang saleh, tidak ditiru dalam dunia fashion pria. Bahkan seorang filsuf membuat rambutnya tetap pendek.
Janggut bukan merupakan penampilan khas orang Yahudi di zaman dulu.
Bahkan salah satu masalah bagi para penindas kaum Yahudi di masa yang berbeda untuk mengidentifikasikan mereka ketika mereka tampak serupa satu sama lain (satu poin yang dibuat dalam buku Maccabees).
Bagaimanapun, gambaran pria Yahudi dalam koin Judaea Capta, yang diterbitkan oleh Roma setelah menguasai Jerusalem pada 70 Sebelum Masehi, mengidikasikan menangkap pria yang berjanggut.
Jadi Yesus, sebagai seorang filsuf dengan penampilan yang "alami" mungkin memiliki janggut yang pendek, seperti pria yang digambarkan dalam uang logam Judaea Capta, tetapi rambutnya mungkin tidak begitu panjang.
Jika dia memiliki rambut yang sedikit panjang, kita mungkin berharap sejumlah reaksi. Pria Yahudi yang memiliki janggut tak beratur dan rambut yang sedikit panjang diidentifikasi sebagai orang yang bersumpah Nazir. Ini artinya mereka akan mendedikasikan diri mereka kepada Tuhan untuk jangka waktu tertentu, tidak minum anggur atau memotong rambut mereka dan pada akhir periode ini mereka akan mencukur kepala mereka dalam sebuah upacara khusus di Jerusalem (seperti digambarkan dalam Kisah Para Rasul surat 21, ayat 24).
Tetapi Yesus tidak melakukan sumpah Nazir, karena dia sering kali dijumpai minum anggur, kritik terhadapnya menuduh dia terlalu banyak minum, terlau banyak (Matthew surat 11, ayat 19).
Jika dia memiliki rambut panjang dan tampak seperti kaum Nazir, kita akan mendengarkan sejumlah komentar terhadap ketidaksesuaian antara bagaimana penampilan dia dan apa yang dia lakukan, masalah itu bisa jadi hanya karena dia minum anggur.
Di masa Yesus, orang yang kaya memakai jubah panjang pada acara khusus, untuk menunjukkan status mulia mereka di masyarakat.
Dalam salah satu ajaran Yesus, dia mengatakan, "Waspada terhadap juru tulis, yang berhasrat untuk berjalan dalam jubah panjang (stolai), dan untuk memperoleh penghormatan di pasar-pasar, dan mendapatkan kursi utama di dalam sinagoga dan tempat terhormat dalam perjamuan (Mark surat 12, ayat 38-39).
Perkataan Yesus ini secara umum dipertimbangkan sebagai bagian yang lebih akurat dari ajaranya, jadi dari itu kita dapat mengasumsikan Yesus tidak menggunakan jubah.
Sumber gambar, Yale CollectionsPublic Domain
Secara umum seorang pria di masa Yesus akan menggunakan tunik sepanjang lutut, kaftan dan untuk perempuan akan yang menggunakan sepanjang mata kaki.
Ketika abad ke-2 Surat Paul dan Thecla, ketika Thecla, seorang perempuan, menggenakan tunik pendek (untuk laki-laki) maka ini mengejutkan. Tunik ini seringkali memiliki garis berwarna yang menjuntai dari bagian bahu keliman dan dapat dijalin menjadi satu potong.
Di bagian atas tunik Anda dapat menggunakan mantel, himation, dan kita mengetahui bahwa Yesus menggunakan salah satu dari ini karena kain ini yang disentuh seorang perempuan ingin disembuhkan oleh dia (lihat, sebagai contoh, Mark surat 5, ayat 27).
Sebuah mantel besar yang berbahan wol, meski itu tidak terlalu tebal dan untuk menghangatkan Anda harus menggunakannya dua buah.
Sebuah himation (seperti selendang), yang dapat digunakan dengan berbagai cara, seperti selendang, dapat dijulurkan sampai lutut dan dapat juga menutupi tunik pendek. (Filsuf pertama bahkan menggunakan himation yang besar tanpa tunik, dan bagian bahu atas mereka tampak terbuka, tetapi itu merupakan cerita lain).
Sumber gambar, Wiki commons
Kekuasaan dan wibawa ditunjukkan dengan kualitas, ukuran dan warna mantel-mantel ini. Ungu dan warna biru menunjukkan kemegahan dan harga diri. Warna-warna kerajaan ini karena pewarna yang digunakannya sangat langka dan mahal.
Tetapi warna-warna juga menunjukkan sesuatu yang lain. Sejarawan Josephus menggambarkan Zealots (sebuah kelompok Yahudi yang ingin mendesak Romanwi keluar dari Judais) sebagai sekelompok wadam pembunuh yang menggunakan "mantel-mantel berwarna" - chlanidia - yang menunjukkan bahwa mereka pakaian perempuan.
Sumber gambar, CNG Coins
Ini menunjukkan laki-laki yang sesunguhnya, kecuali mereka memiliki status tertinggi, harus menggunakan pakaian yang tidak berwarna.
Bagaimanapun, Yesus tidak menggunakan warna putih. Ini merupakan ciri khas, yang membutuhkan pemutih atau kapur dan di Judea itu terkait dengan sebuah kelompok yang disebut Essenes, yang mengikuti interpretasi yang ketat dari hukum Yahudi.
Perbedaan antara pakaian Yesus dan cahaya, dijelaskan dalam Markus surat 9, ketika ketiga rasul menemani Yesus ke gunung untuk berdoa, dan dia mulai memancarkan cahaya.
Mark menjelaskan bahwa himatia Yesus ( bisa disebut pakaikan atau pakaian daripada "mantel") mulai berkilau berwarna putih, sepertinya tak ada yang dapat memutihkan mereka di bumi ini. Sebelum perubahan bentuk Yesus, digambarkan Mark sebagai seorang manusia biasa, yang menggunakan pakaian biasa, dalam hal ini bahan wool tak berwarna.
Sumber gambar, Gabi Laron
Kakinya, Yesus akan menggunakan sandal. Setiap orang menggunakan sandal.
Di gua-gua gurun pasir yang dekat dengan Laut Mati dan Masada, sandal di masa Yesus sangatlah tipis, jadi kita dapat mengetahui seperti apa bentuknya.
Sandal itu sangat sederhana, yang terbuat dari kulit dan di bagian atas ada tali pengikat yang melingkar ke jari.
Dan bagaimana dengan wajah Yesus? Yesus merupakan orang Yahudi atau (Judaean) pasti itu akan ditemukan secara berulang di sejumlah literatur, termasuk surat Paul.
Dan dalam surat kepada Yahudi menyatakan: "Jelas bahwa Tuan kami merupakan keturunan dari Judah."Jadi bagaimana kami dapat membayangkan seorang Yahudi pada saat ini, seorang pria "berusia sekitar 30 tahun ketika dia memulai," menurut Luke surat 3?
Pada 2001 pakar forensik antropologi Richard Neave menciptakan sebuah model pria Galia dari dokumenter BBC, Anak Tuhan, dengan menggunakan tengkorak asli yang ditemukan di wilayah itu.
Dia tidak mengklaim itu merupaka wajah Yesus. Itu berarti sangat sederhana untuk membisikan kepada orang-orang agar mempertimbangkan Yesus merupakan seorang pria pada masa dan waktunya, sejak kita tak pernah diberitahukan dia tampak istimewa.
Untuk semua yang mungkin dilakukan dengan pemodelan tulang kuno, saya pikir korespondensi mengenai seperti apa sebenarnya sosok Yesus, dapat ditemukan melalui gambaran yang paling dekat yaitu Musa di dinding sinagoga Dura-Europos yang dibangun abad ke-3.
Musa digambarkan menggunakan pakaian yang tidak berwarna. Ada rumbai di mantelnya.
Tampaknya, gambaran ini lebih tepat dan memiliki dasar historis dibandingkan adopsi Yesus dari masa Bizantium, yang telah menjadi standar: dia memiliki rambut yang pendek dan dengan janggut yang tipis, dia menggunakan tunik pendek, dengan lengan pendek dan selendang.
Joan Taylor adalah guru besar Christian Origins and Second Temple Judaism di King's College London dan penulis The Essenes, the Scrolls and the Dead Sea.
Liputan6.com, Jakarta Ilmuwan Inggris telah menemukan potret baru wajah Yesus. Rupanya gambar ini berbeda dengan apa yang selama ini digambarkan di berbagai lukisan atau potret yang dipajang di banyak gereja. Selama ini para ilmuwan meyakini bahwa sampai saat ini penampakan gambar Yesus adalah murni dari imajinasi seniman. Tidak ada kerangka dan DNA untuk menganalisa secara akurat. Bahkan Kitab Suci Perjanjian Baru tidak pernah memberikan gambaran yang jelas tentang rupa Yesus Kristus.
Namun demikian, seperti dikabarkan TheSun, Selasa (15/12/2015), kemajuan dalam ilmu antropologi forensik memungkinkan para ahli menciptakan apa yang mereka yakini, yaitu menemukan gambaran paling akurat dari Yesus. Dibantu oleh ahli arkeolog dari Israel, para ahli ini menggunakan metode yang sama dengan polisi saat melacak penjahat untuk menemukan penampakan wajah aslinya.
Richard Neave, seniman ahli medis (dokter) lulusan University of Manchester yang memimpin penelitian ini, selama dua dekade telah berhasil merekonstruksi puluhan wajah terkenal, mulai dari Philip II dari Makedonia hingga ayah dari Alexander Agung Raja Midas Frigia.
Neave dan timnya kemudian menggunakan computerized tomography untuk membuat irisan sinar X dari sebuah tengkorak. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang kompleks tentang struktur wajah, otot, dan kulit. Dengan teknologi ini, para ilmuwan mampu membangun gambaran tiga dimensi rekonstruksi wajah Yesus.
Uniknya, pencarian para ahli ini tidak menemukan sama sekali penampakan Yesus Kristus dengan rambut emasnya, bermata sayu, berkulit pucat, dan gambaran umum lainnya tentang sosok Yesus seperti yang diyakini dan tergambarkan banyak orang hingga saat ini.
Berlawanan dengan kepercayaan populer, para ahli justru meyakini bahwa Yesus Kristus memiliki mata gelap, bertubuh pendek seperti kebanyakan orang saat itu dan berjanggut tebal seperti orang Yahudi pada umumnya.
Sementara itu, Alison Galloway, seorang profesor antropologi dari University of California mengatakan, “Gambaran Neave tentang sosok Yesus Kristus merupakan gambaran yang mungkin lebih dekat dengan kebenaran daripada pekerjaan banyak guru besar lainnya.” (Ibo)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Tampilkan Bahasa Isyarat Saja
Hanya Bisa Download Publikasi
Wajah Yesus yang dikenal semua orang hari ini konon bukanlah wajah Yesus yang sebenarnya. Yesus dengan rambut panjang berwarna terang, wajah agak tirus, berkulit terang, dan tubuh lumayan jangkung baru dikenal luas di lingkungan gereja setelah abad ke-6.
Sebelum masa Paus Gregorius, ada banyak "versi" wajah dan sosok Yesus. Kala itu, para pemuka agama Kristen masih berbeda pendapat bagaimana mereka seharusnya menggambarkan sosok Yesus. Apalagi Kitab Injil juga tak memberikan gambaran yang jelas seperti apa wajah dan sosok Yesus. Dalam satu lukisan pada dinding sinagoge di Dura Europos, Suriah, bertarikh 235, wajah Yesus muda digambarkan licin tak berjenggot dan berambut pendek.
Yesus dengan jenggot tebal dan rambut panjang baru muncul pada abad ke-4 pada mural di Katakombe Marcellinus & Peter di Via Labicana, juga di Katakombe Commodilla di Via Ostiensis, keduanya berada di Kota Roma, Italia. Sosok Yesus berjenggot tebal ini ada kemungkinan "menyerap" sosok dewa-dewa Yunani dan Romawi. Lukisan Yesus di tiang salib baru menyusul seabad kemudian.
Apakah benar wajah dan sosok Yesus seperti yang kita kenal hari ini? Menurut Carlos F. Cardoza-Orlandi, profesor di Seminari Theologia Columbia, Atlanta, seperti apa wajah Yesus di lukisan sangat dipengaruhi kebudayaan setempat. "Kebudayaan Barat terang paling dominan.... Yesus di belahan dunia lain kadang digambarkan berkulit gelap, berwajah Arab atau Hispanik," kata Carlos kepada Popular Mechanics.
Tapi jika Kitab Injil jadi rujukan, besar kemungkinan wajah dan sosok Yesus yang sebenarnya sama sekali tak mirip dengan gambar yang dikenal semua orang hari ini. Menurut Kitab Injil Matius, sebelum Yesus ditangkap di Taman Gethsemani, Yudas Iskariot harus menjelaskan dengan detail seperti apa sosok Yesus kepada prajurit Romawi supaya mereka tak salah tangkap. Besar kemungkinan, tak seperti gambaran hari ini, sosok Yesus tak banyak beda dengan sosok murid-muridnya.
Sudah berulang kali, dengan rupa-rupa cara dan teknologi, para peneliti berusaha menggambarkan seperti apa wajah Yesus. Pada 2001, dengan menggunakan aplikasi di komputer, BBC1 "meramal" wajah Yesus. BBC1 mengkombinasikan lukisan lama dengan tengkorak keturunan Yahudi yang hidup pada masa hidup Yesus.
Yesus di lukisan karya Carl Bloch/Wikimedia
Hasilnya sama sekali tak mirip dengan rata-rata lukisan Yesus hari ini. BBC1 mengklaim wajah Yesus hasil simulasi mereka paling mendekati wajah Yesus sebenarnya. "Ini memang bukan wajah Yesus, tapi dengan informasi ilmiah yang kami peroleh, inilah wajah Yesus yang paling mirip," kata Lorraine Heggessey dari BBC1. Banyak yang memuji, tapi juga ada yang mengkritik simulasi BBC1. "Mereka membuat Yesus tampak seperti pasien tuberkulosis," kata Mataji Nirmala Devi, pendiri Sahaja Yoga, seperti dikutip Michele Bacci dalam bukunya, The Many Faces of Christ.